Lumajang, JEJAKPERISTIWA.CO.ID – Ada yang beda tahun ini, Camat dan kepala desa se-kecamatan Kedungjajang sebelum melaksanakan upacara bendera pada HUT RI ke-80 yang bertempat di KWT Wonorejo dilakukan nyekar atau tabur bunga di makam Patih zelfstandig afdeeling Lumajang Singowiguno yang memerintah tahun 1890-1920 M.
Hal ini dilakukan sebagai bentuk apresiasi kepada para pendahulu khususnya pemimpin Lumajang pertama setelah status Lumajang dari Kawedanan (setara kecamatan) berubah menjadi zelfstandig (daerah otonom) sendiri atau kalau sekarang setara Kabupaten yang dipimpin oleh Raden Mas Singowiguno.
R.M. Singowiguno yang telah memimpin Lumajang selama 30 tahun itu diangkat langsung oleh pemerintah kolonial Belanda. Karirnya dimulai sebagai seorang juru tulis lalu mendapatkan promosi jabatan sebagai Wedono (setara camat), dilanjutkan dengan patih zelfstandig afdeeling (setara Bupati) di wilayah Lumajang.
Samsul Nurul Huda, S.E menuturkan bahwa banyak orang yang belum tahu kalau di Desa Curahpetung Kecamatan Kedungjajang ini ada makam Patih pertama Lumajang yakni RM. Singowiguno. Jadi sudah semestinya, sebagai warga Kedungjajang harus bisa menghargai para pendahulu yang telah mendahului. “Kalau bukan kita siapa lagi yang akan mengenang, melestarikan, dan meneruskan nilai-nilai positif dari pendahulu kita,” ucapnya.

Selain itu juga dilakukan penandatanganan peresmian nama pendopo kecamatan Kedungjajang dengan nama pendopo ‘Singowiguno’. “Akhirnya pendopo ini sekarang punya nama dan untuk ruang pertemuan dinamakan Jaguar Hall,” ungkap pria dari Selokbesuki ini.
Perlu diketahui RM Singowiguno berasal dari Madura, istri pertama dimakamkan di Madura sedangkan istri kedua dan ketiga dimakamkan persis di samping kanan dan kiri beliau. Jadi, bukan hanya semasa hidup saja istri beliau mendampingi, setelah wafatpun RM. Singowiguno tetap didampingi oleh kedua istrinya.
Komplek makam RM. Singowiguno berada di Dusun Krajan Desa Curahpetung Kecamatan Kedungjajang Kabupaten Lumajang. 50 meter sebelah timur Puskesmas Kedungjajang. Ingat kata pepatah ‘Jasmerah’, jangan sampai melupakan sejarah. (FA)